789BNi
Aplikasi Game Terbesar di Indonesia
DOWNLOAD APP

Mengandalkan alat AI dapat mengurangi kemampuan kita untuk berpikir kritis – ide untuk menghargai

Mengandalkan alat AI dapat mengurangi kemampuan kita untuk berpikir kritis – ide untuk menghargai


Alat kecerdasan buatan (AI) telah merevolusi cara kami berinteraksi dengan teknologi, membuat tugas lebih cepat dan lebih efisien. Tetapi ketika kenyamanan dari alat -alat ini tumbuh, demikian juga pertanyaan yang mendesak: apakah mereka memengaruhi kemampuan kita untuk berpikir kritis?

Sebuah studi baru berjudul AI Tools in Society: Dampak pada pembongkaran kognitif dan masa depan pemikiran kritis menggali ini, memeriksa bagaimana alat AI mempengaruhi pemikiran kritis melalui fenomena yang disebut pembongkaran kognitif.

Apa itu pembongkaran kognitif?

Pembongkaran kognitif adalah ketika kita mengandalkan alat eksternal (seperti asisten AI, mesin pencari, atau aplikasi) untuk menangani tugas kognitif yang mungkin kita lakukan sendiri. Ini bisa berarti menggunakan AI untuk menghasilkan jawaban, mengingat detail, atau menganalisis informasi.

Meskipun ini dapat menghemat waktu dan upaya mental, ini juga dapat menyebabkan pengurangan keterlibatan dalam proses pemikiran yang lebih dalam yang mendukung pemikiran kritis.

Jika kita menghabiskan lebih sedikit waktu untuk benar -benar melalui informasi dan data itu sendiri, itu juga dapat mengakibatkan kita tidak memahami apa artinya sebenarnya, dan membentuk koneksi mental dengan informasi lain, yang merupakan bagaimana ide kreatif baru dibentuk.

Studi menunjukkan penggunaan AI dapat mengakibatkan penurunan pemikiran kritis

Studi ini melibatkan 666 peserta di berbagai kelompok umur dan latar belakang pendidikan, menggabungkan survei dan wawancara untuk memahami bagaimana penggunaan alat AI mempengaruhi kemampuan kognitif. Apa yang para peneliti temukan adalah:

  1. Peningkatan penggunaan AI menghasilkan penurunan pemikiran kritis: Sering penggunaan alat AI sangat terkait dengan berkurangnya skor berpikir kritis. Peserta yang sangat mengandalkan alat AI cenderung terlibat dalam analisis independen dan pemecahan masalah.
    • Hasil ini juga secara statistik sangat signifikan. Ada hubungan negatif yang kuat antara penggunaan AI dan pemikiran kritis (r = -0.68)
  2. Peran pembongkaran kognitif: Pembongkaran kognitif ke AI adalah alasan yang paling mungkin untuk penurunan pemikiran kritis ini. Peserta yang menggunakan AI untuk tugas kognitif rutin, seperti pengambilan keputusan atau pengambilan memori, melaporkan tingkat keterlibatan kognitif yang lebih rendah dan pemikiran kritis.
  3. Orang yang lebih muda dan kurang berpendidikan mungkin yang paling terpengaruh: Usia dan pendidikan memainkan peran penting. Peserta yang lebih muda (17-25 tahun) lebih mungkin mengandalkan alat AI dan menunjukkan skor berpikir kritis yang lebih rendah dibandingkan dengan peserta yang lebih tua. Sebaliknya, individu dengan tingkat pendidikan tinggi menunjukkan kemampuan berpikir kritis yang lebih kuat, bahkan dengan penggunaan AI.
  4. Pendidikan dapat mengurangi dampak negatif dari mengandalkan AI: Studi ini menemukan bahwa pendidikan lanjutan mengurangi beberapa efek negatif AI. Peserta yang berpendidikan lebih cenderung memeriksa output AI secara silang dan terlibat secara kritis dengan informasi tersebut.

Selain penelitian di sini, saya juga dapat menyoroti bahwa mengandalkan alat AI untuk tugas -tugas kreatif (seperti pembuatan gambar, pengeditan, penulisan atau pengkodean) dapat mengakibatkan keterampilan yang dibangun orang mulai menurun, karena pikiran mereka tidak perlu secara aktif terlibat dalam tugas tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan output orang menghasilkan menjadi kurang kreatif, inovatif atau berkualitas tinggi dari yang seharusnya. Atau lebih buruk lagi, bahwa orang tidak pernah bekerja keras untuk mengembangkan keterampilan itu sejak awal.

Implikasi untuk pendidikan dan masyarakat

Temuan ini menyoroti perlunya sistem pendidikan untuk beradaptasi. Sementara alat AI menjadi sangat diperlukan, pendidik harus memastikan bahwa siswa terus mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Berikut beberapa langkah yang dapat ditindaklanjuti:

  • Dorong keterlibatan aktif dengan informasi yang mendasarinya: Alih-alih secara pasif mengandalkan konten yang dihasilkan AI, siswa harus didorong untuk menganalisis dan mempertanyakannya. (Ed: Saya melihat ini sendiri ketika bekerja dengan AI, ketika sering masih mengeluarkan informasi yang tidak cukup akurat)
  • Ikon AI Literacy: Memahami cara kerja sistem AI dan keterbatasan mereka dapat memberdayakan pengguna untuk mengevaluasi secara kritis output yang dihasilkan AI.
  • Keseimbangan telah digunakan: Promosikan pendekatan yang seimbang di mana alat AI melengkapi daripada menggantikan kognisi manusia. Bagaimanapun, AI adalah alat. Ini bukan pengganti ide atau wawasan Anda sendiri.

Alat AI tidak diragukan lagi menawarkan manfaat besar, dari efisiensi hingga personalisasi. Dan jika Anda memperlakukannya apa adanya, alat, maka Anda dapat menggunakan alat -alat itu untuk menghasilkan pekerjaan yang paling mewakili apa yang dapat Anda lakukan, hanya lebih efisien.

Namun, seperti yang diungkapkan oleh penelitian ini, ketergantungan berlebihan pada alat-alat ini dapat mengikis pemikiran kritis (keterampilan vital untuk pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan menjadi bagian dari masyarakat).

Dengan menumbuhkan budaya dan pola pikir keterlibatan kritis dan integrasi AI yang bijaksana, kita dapat memanfaatkan teknologi terbaik tanpa mengorbankan kemampuan kognitif kita.


Previous Article

'Apa yang sedang terjadi?' - Haaland berteriak tentang klub kacau setelah transfer

Next Article

Pemimpin Pemasaran Condé Nast berbagi kerangka kerja untuk menghancurkan sindrom peniru Anda

Write a Comment

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨